http://reddragondesigns.net/
Hover Effects
-->

Jumat, 01 Februari 2013

Burung Gagak dan Sebuah Kendi

Pada suatu musim yang sangat kering, dimana saat itu burung-burungpun sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk diminum, seekor burung gagak menemukan sebuah kendi yang berisikan sedikit air. Tetapi kendi tersebut merupakan sebuah kendi yang tinggi dengan leher kendi sempit. Bagaimanapun burung gagak tersebut berusaha untuk mencoba meminum air yang berada dalam kendi, dia tetap tidak dapat mencapainya. Burung gagak tersebut hampir merasa putus asa dan merasa akan meninggal karena kehausan.
Kemudian tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Dia lalu mengambil kerikil yang ada di samping kendi, kemudian menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap kali burung gagak itu memasukkan kerikil ke dalam kendi, permukaan air dalam kendipun berangsur-angsur naik dan bertambah tinggi hingga akhirnya air tersebut dapat di capai oleh sang burung Gagak.
Walaupun sedikit, pengetahuan bisa menolong diri kita pada saat yang tepat.

cerita dongeng : hati emas si penggembala kambing

Dahulu, pada masa khalifah Amirul Mu’minin Umar bin Khattab r.a., ada seorang anak muda yang menggembala kambing beratus-ratus banyaknya. Rupanya, dia adalah seorang budak. Suatu hari, Sayyidina Umar yang sedang berkeliling negerinya, melihat si anak dengan kambing gembalaanya yang sangat banyak itu. Dengan penuh keuletan dan kasih sayang, anak itu menggembala kambing-kambingnya. Dia juga sangat bertanggungjawab menjaga kambing-kambingnya agar tidak hilang seekor pun. Sayyidina Umar pun kagum pada kebaikan pekerti si anak. Melihat itu semua, muncul keinginan Amirul Mu’minin Umar bin Khattab untuk mengujinya. Beliau ingin tahu apakah syi’ar Islam telah sampai ke daerah itu.
Sayyidina Umar yang saat itu sedang menyamar sebagai orang biasa memanggilnya. “Wahai anak muda, aku sangat tertarik pada kambing-kambingmu ini”. “Bolehkah aku beli seekor?”, tanya Sayyidina Umar. “Jangan Tuan, kambing-kambing ini bukan punya saya, melainkan punya majikan saya”, jawab si anak. Sayyidina Umar tidak berhenti begitu saja. “Ah…, kalau dijual seekor saja, tentu majikanmu tidak akan tahu”, lanjut Sayyidina Umar mengujinya. Dengan cepat dan di luar dugaan, anak itu pun menjawab. “Kalau begitu, dimana Allah ya Tuan?”
Kaget, kagum, dan terpesona bercampur jadi satu dirasakan Amirul Mu’minin. Betapa kuatnya ketaqwaan anak muda itu. Dia percaya bahwa Allah maha melihat apa saja yang dikerjakan manusia. Walaupun majikannya tidak tahu, tapi Allah pasti tahu. Lalu, Sayyidina Umar pun menemui sang majikan dan membeli budaknya untuk dimerdekakan.
class="tr_bq"> class="tr_bq"> class="tr_bq"> class="tr_bq">